Postingan

Menulis Tanpa Membaca

Tulisan sebelumnya dituliskan bahwa mendengar dan berbicara merupakan suatu paket yang tak terpisahkan. Begitu juga dengan menulis dan membaca. Meski kedua pasang hal ini tidak mutlak berlaku tetapi secara dasar begitulah adanya. Ada kalangan individu yang tidak suka membaca dan ada juga sebaliknya, ada mereka yang sangat suka membaca, terlepas dari jenis buku bacaannya entah apapun itu. Tidak ada yang salah antara keduanya. Bahkan pada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya sangat membenci membaca pun, setidaknya mau tidak mau dia akan tetap membaca. Entah membaca tulisan pada sosmed, membaca running text di TV, atau bahkan membaca tulisan-tulisan “inspiratif” di bagian belakang truk di jalanan yang ditemuinya. Membaca tidak identik dengan sebuah buku. Hal ini yang sering menjadi salah kaprah dalam masyarakat. Jika ada yang mengatakan “hobi membaca” apakah disitu sudah tertulis dengan jelas bahwa dia hobi membaca buku yang tebal dan dia seorang pemakai kacamata? Jela

Berbicara Tanpa Mendengar

Setiap manusia tentunya memiliki keinginan untuk dapat berbicara dengan lancar, jelas dan lebih bersyukur bagi mereka yang mampu berbicara di depan banyak orang tanpa masalah grogi dll. Bagaimana dengan diri kita? Apapun itu, bersyukur adalah hal yang wajib. Meski kita belum lancar dalam public speaking , setidaknya kita mampu berbicara dalam forum kecil (forum diskusi). Jika merasa belum mampu, setidaknya kita telah mampu berinteraksi secara langsung dengan jelas dengan orang lain, terutama orang-orang terdekat. Sekilas, bisa dibayangkan bagaimana usaha orang tua kita mengenalkan berbagai kosakata baru dan memancing kita untuk mengucapkan sesuatu saat kita masih kecil. Mengapa kita bisa mengenal kosakata tersebut? Bukankah itu karena kita telah mendengarnya? Dengan kata lain, kemampuan berbicara yang kita miliki tidak terlepas dari kemampuan kita mendengar. Semakin banyak dan baiknya kita mendengar maka semakin banyak juga kosakata yang kita miliki. Namun, ke

Selamat Hari Ibu

22 Desember setiap tahunnya menjadi suatu momen yang diistimewakan bagi sebagian orang. Mereka menganggap hari itu adalah hari spesial untuk menyatakan kasih sayang dan perhatiannya ke orang tua khususnya ibu mereka. Sebenarnya, perlu tidak sih mengucapkan selamat hari ibu? Perlu diketahui terlebih dahulu, asal usul dari adanya perayaan tersebut. Ada yang sudah tahu? Konon ceritanya, hari ibu itu berasal dari bangsa “sana” yang memiliki kebiasaan mengabaikan orang tuanya khususnya ibunya ketika menginjak masa tuanya. Anak-anaknya sibuk dengan urusan masing-masing sampai tdak ada waktu sedikit pun untuk ibunya. Bahkan sebagian besar hal tersebut mereka atasi dengan menempatkan ibu mereka di panti jompo dengan alasan mereka tidak sempat untuk merawatnya. Sampai pada suatu ketika, si ibu meminta waktu anaknya dengan sangat. Si ibu meminta waktu khusus sehari saja agar anak-anaknya memperhatikan dan bercengkrama bersama lagi dengan ibunya. Nah, singkat cerita itulah asal-usu

Libur Telah Tiba

Libur telah tiba... Libur telah tiba... Horai... Horai... Horai (horai...) Simpanlah tas dan buku mu... Lupakan keluh kesah mu.. Eits... ada yang baca ini sambil nyanyi? kalau iya berarti kalian seharusnya sudah cukup dewasa sekarang :D Apa sih aktivitas liburan mu? Sudah di mulai belum daftar agenda liburanmu? atau jangan-jangan ada yang masih bingung mau ngapain diliburan kali ini? Liburan akhir semester merupakan salah satu momen libur yang dinantikan. Entah itu bagi siswa ataupun bagi mahasiswa. Apapun itu aktivitas liburanmu, jangan lupa untuk selalu memanfaatkan waktu liburan ini untuk hal positif ya.. jangan yang aneh-aneh, jangan deh sekali-kali mendekati hal-hal yang nantinya membuat kalian menyesal.. seperti mendadak jadi anggota kaum rebahan misalnya.. sayang kan waktu luang kalau hanya untuk bermalas-malasan.. kalau sekali dua kali oke lah. Sebagai bentuk memanjakan diri sejenak dari perjuangan selama UAS kemarin. Ada beberapa tips nih untuk