Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Batas Semu Filsafat yang Sering Terlupa

Oleh: Eny Sulistyaningsih (P. Mat A_14709251086) (Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A pada hari Kamis, 23 Oktober 2014) Filsafat merupakan suatu ilmu yang berasal dari setiap hasil pemikiran individu terhadap suatu hal. Dikarenakan hal tersebut, maka filsafat bersifat subjektif. Penafsiran suatu hal sangat memungkinkan adanya perbedaan anatar satu individu dengan individu lainnya. Namun, perbedaan tersebut tidak berarti ada yang salah dan ada yang benar. Karena dalam filsafat tidak ada pemikiran yang sepenuhnya salah dan pemikiran yang sepenuhnya benar. Pemilik kebenaran yang sejati hanyalah Alloh. Tidak adanya penilaian pemikiran yang sepenuhnya benar maupun yang salah dalam berfilsafat bukan berarti filsafat yang dilakukan oleh setiap individu dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Filsafat tetap harus ada pengendali, yaitu ruang dan waktu. Dalam berfilsafat tidak boleh sembarang hal karena ada hal-hal yang tidak dapat dit

Filsafat Keterbatasan dalam Hidup untuk Menggapai Harmoni Kehidupan

Oleh: Eny Sulistyaningsih (P. Mat A_14709251086) (Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A pada hari Kamis, 16 Oktober 2014) Filsafat sering dianggap menjadi suatu ilmu yang susah untuk dipahami. Namun, sejatinya filsafat adalah hasil pemikiran dari masing-masing individu. Setiap orang di dunia ini memiliki kemampuan untuk berfilsafat berdasarkan apa yang telah diketahuinya. Baik berfilsafat mengenai hal yang sangat sederhana sampai berfilsafat seluas-luasnya dunia ini. Menurut Immanuel Kant, saat seseorang ingin meilhat luasnya dunia maka lihatlah ke dalam pikiranmu sendiri. Pendapat tersebut menyatakan secara tersirat bahwa dalam berfilsafat, seseorang menyampaiakan hasil pemikirannya yang ada dan yang mungkin ada di dalam pikirannya. Pemikiran seseorang dengan orang lainnya tentu saja berbeda. Saat individu A memikirkan tentang semut sebagai benda yang kecil, akan sangat mungkin individu B memiliki pemikiran yang berbeda. Hal terse

Hakikat Proses Belajar Dalam Filsafat

Oleh: Eny Sulistyaningsih (P. Mat A_14709251086) (Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A pada hari Kamis, 9 Oktober 2014) Proses belajar merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia,   termasuk belajar segala hal dalam kehidupan sehingga membuat kehidupan menjadi lebih baik. Setiap manusia tentunya memiliki catatan perjalanan kehidupannya tersenidiri terutama dalam hal perjalanan belajarnya. Proses belajar yang dilakukan sepanjang hayat dapat diibaratkan sebagai perjalnan seorang perenang yang berusaha dengan sungguh-sungguh mengarungi samudra luas dengan berenang. Samudra luas dapat diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang tidak terbatas jumlahnya. Perenang tersebut akan terus berenang dari tepi pantai sampai tujuannya nanti. Dikarenakan dalam sebuah samudra tidak ada batas tepi maksimal, begitu juga dengan ilmu pengetahuan, maka perenang tersebut atau pencari ilmu pengetahuan hanya akan sampai pada batas maksimum kehidupannya.  

Kontradiksi yang Tiada Henti Dalam Kehidupan

 Oleh: Eny Sulistyaningsih (P. Mat A_14709251086)  (Terinspirasi oleh perkuliahan Filsafat Ilmu  Bersama Prof. Marsigit, M.A pada hari Kamis, 2 Oktober 2014) Kehidupan di dunia selalu penuh dengan warna-warninya yang menghiasi. Seperti halnya selalu ada pro dan kontra hampir dalam setiap sisi kehidupan. Pro dan kontra tersebut menghasilkan suatu kontradiksi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kontradiksi merupakan pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau bertentangan. Secara filsafat, kontradiksi meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Hal tersebut akan terus berlaku selama seorang individu masih ada di dunia ini. Dengan kata lain, selama manusia hidup di dunia ini akan selalu ada kontradiksi. Menurut Marsigit (2013), segala macam urusan dunia tidak bisa terbebas dari hukum-hukum kontradiksi karena hal tersebut adalah kodrat manusia di dunia yang bersifat berpotensi melakukan kesalahan. Ketiadaan kontradiksi hanya terjadi dalam kehidupan selain di dunia