Kuretase? Haruskah? Lalu bagaimana?


Bagi hampir seluruh wanita dewasa di dunia pasti sudah tahu apa itu kuretase. Dan hampir dipastikan tidak ada yang mau menjalaninya kecuali karena paksaan dari keadaan untuk kebaikan diri sendiri dan calon baby mendatang.

Berbagi kisah ini mungkin juga akan memberikan wawasan atau pemikiran tersendiri bagi pembaca, tetapi harapan saya, bisa memberikan hal positif apapun itu bagi pembaca semuanya…aamiin…

Ok, check it out…

Berawal dari kisah saya yang seorang pejuang LDR (Long Distance Relationship) atau mungkin sebagian menyebutnya LDM (Long Distance Marriage) karena sudah dalam hubungan yang sah. Untuk pasangan LDR tentunya merupakan perjuangan tersendiri untuk mendapatkan momongan. Penyesuaian jadwal bertemu, dan hal lainnya..

Alhamdulillah di usia pernikahan 9 bulan saya merasa sering kembung tidak jelas. Sering buang angin dan rasanya badan tidak jelas. Sebenarnya sudah terlambat juga dari jadwal seharusnya siklus bulanan, tetapi karena biasanya juga tidak teratur, jadi saya cuek. Sampai pada suami meminta coba cek. Alhamdulillah ada 2 garis. Kabar bahagia itu tentu saja langsung disampaikan pada suami yang jauh di sana.

Namun, Alloh ternyata berkehendak lain.

Usia 10 minggu, saat mau shlat maghrib saya mengalami perdarahan. Antara percaya tidak percaya. Bukan lagi keluar flek seperti wanita hamil yang terlalu capek aktivitas, tapi sudah seperti tamu bulanan. Spontan langsung memberi tahu suami dan saudara yang lebih tahu tentang bidang kesehatan. Air mata sudah tidak tertahan. Perasaan sudah tidak jelas. Sedikit banyak berbekal membaca tulisan-tulisan di dunia maya membuat saya sedikit tahu apa yang harus dilakukan… bad rest… iya..istirahat total, sampai diantar ke dokter.

Awalnya saya mengunjungi dokter D, dokter yang biasa saya konsul dan USG sebelumnya. Perlu tahu, pertimbangan saya memilih dokter ini awalnya karena saya lebih nyaman dengan dokter perempuan disbanding laki-laki. Namun, tidak seperti yang diharapkan. Kondisi sudah perdarahan seperti itu tetapi hanya diberi vitamin dan hanya diberi tindakan seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti saat control biasa. Bahkan tidak menyarankan memberi surat cuti untuk bad rest jika tidak keluarga saya yang meminta.

Hari selanjutnya, perdarahan masih berlanjut. Karena sudah merasa ragu dengan penanganan dokter sebelumnya, saya memilih untuk mencari second opinion ke dokter yang paling senior ke dokter K. Di sana, penanganannya sangat berbeda. Dijelaskan dari A-Z. Intinya, kondisi kantung janin berkembang dengan baik, tetapi janin belum terlihat, padahal di usia tersebut harusnya sudah terlihat meski kecil. Dokter menjelaskan dengan rinci sampai digambar-gambarkan, memberi motivasi untuk positive thinking, dan menyarankan cuti 1 minggu. Selain itu, tidak hanya vitamin tetapi juga diberi obat penguat kandungan. Saya diminta menunggu 1 minggu lagi. Masih ada harapan, katanya…

Namun, hari ketiga perdarahan, sore harinya perdarahan semakin deras disertai dengan nyeri seperti hari pertama datang bulan. Saat saya hendak membersihkan diri di kamar mandi, tiba-tiba keluar kantung janinnya (seperti balon karet yang kempis seukuran kurang lebih genggaman tangan) dengan sendirinya tanpa saya sadari. Reflek, antara sedih, lega (karena sudah jelas dan tidak jadi mikir macam2), dan bingung harus bagaimana.

Malam harinya saya langsung menuju dokter K lagi. Di sana di USG, ternyata kantungnya memang sudah tidak utuh lagi. Mau tidak mau harus dilakukan kuretase. Sempat saya menawar, bukankah bisa pakai obat saja tanpa kuretase? Tetapi dijelaskan jika tidak dibersihkan dengan kuret, resiko di kehamilan kedua bisa ada kelainan-kelainan pada bayi seperti bibir sumbing, dan lainnya.

Akhirnya tanpa piker panjang untuk menghindari resiko tersebut, dan “mumpung” belum tersugesti kuret itu sakit, kuret itu mengerikan, dsb, akhirnya saya putuskan untuk setuju dengan tindakan kuret.

Bagaimana sih rasanya????

Perlu diketahui, tindakan kuret itu dilakukan dengan bius total. Jadi saat penanganan tidak terasa sakit. Meskipun yang saya alami, saya merasa agak sakit tapi seperti di alam mimpi. Menahan sakit tapi rasanya seperti tidak bisa berteriak. Proses kuretase tergolong cepat, sekitar 15-30 menit. Tetapi pada umumnya bius yang diberikan pada pasien akan hilang sekitar 1-2 jam.

Proses kuretase bukanlah proses tindakan pembedahan, jadi tidak ada jahitan di tubuh kita. Artinya, tidak ada rasa sakit berlebih seperti yang dibayangkan dan diceritakan banyak orang. Sedikit pegal iya, tetapi hilang dengan sendirinya setelah beberapa jam.

Setelah proses kuret akan mengalami perdarahan sebagai proses pembersihan sisa-sisa yang masih tertinggal. Perdarahan berlangsung sekitar 1-2 minggu. Setelah itu bersih, dan bisa datang bulan kembali 1 bulan setelah proses kuret.

Kapan bisa Promil?

“Setelah kuret, harus tunggu 3 bulan dulu”

Mungkin masyarakat sering mendengar nasihat tersebut dari keluarga atau orang sekitar. Namun, dokter K, tidak sepakat dengan hal tersebut. Proses promil bagi pasangan yang ingin segera memiliki momongan bisa dilakukan sebulan setelah kuret atau setelah datang bulan pertama setelah kuret.

Kenapa demikian?

Karena saat kita sudah datang bulan kembali, hal itu berarti bahwa hormone-hormon di dalam tubuh kita sudah berangsur stabil. Saya pernah karena iseng dan ingin tahu, saat kondisi sudah bersih pasca kuret, seminggu setelahnya, saya coba untuk memakai TP. Dan ternyata hasilnya masih garis 2 meskipun yang 1 telihat samar. Artinya? Masa masih hamil?

Jangan bingung... itu artinya, kondisi hormon di dalam tubuh kita belum stabil. Masih ada sisa-sisa hormone HcG di dalam tubuh. Hormon akan menyesuaikan dengan kondisi kita. HcG akan hilang dengan sendirinya karena sudah dilakukan tindakan kuret dan berarti sudah tidak hamil.

Bagi pasangan yang ingin segera memiliki momongan, bisa promil setelah hari terakhir datang bulan. Bisa promil alami tanpa berkunjung ke dokter dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat dan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh, seperti kurma muda, buah kiwi, buah naga, madu, vitamin E (tetapi saya langsung tumbuh jerawat), atau bisa juga mengkonsumsi susu untuk persiapan kehamilan.

.

..

….

Waah… ternyata sudah panjang lebar ya ceritanya kali ini… 😃

Oke, mungkin disudahi dulu saja.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cerita panjang ini..

Jika ada yang mau contact me, bisa lewat email, enylistya@gmail.com.

See you di tulisan selanjutnya … 😃😎






Komentar

Postingan populer dari blog ini

International Perspective on Developing Method to Uncover Psychological Phenomena of Learning Mathematics

Freelance, why not?

DIRGAHAYU INDONESIA (Makna Kemerdekaan Untuk Semua)