Kesempatan Kedua
Suasana tenang dan
hening kini tidak lagi dirasakan oleh Yeva, seorang gadis yang tengah menginjak
masa kedewasaannya, sejak dirinya
dinyatakan diterima disuatu perguruan tinggi di kota besar. Perbedaan
lingkungan sekitar pun mempengaruhi Yeva. Yeva, yang awalnya merasa selalu
dikekang dan dibatasi dalam beberapa hal, kini dia benar-benar merasakan
kebebasanya, bagaikan seekor merpati yang keluar dari sangkarnya. Gadis yang semula polos itu lambat laun mulai terbawa
arus pergaulan di lingkungan sekitarnya saat ini. Mulai dari perubahan
sikapnya, cara penampilannya, hingga cara bergaulnya yang kini semakin bebas
seolah tanpa batas. Perubahan yang sangat terlihat, kini Yeva tidak lagi
mengenakan jilbab yang dulu selalu menutup auratnya sebagai seorang wanita.
Perlahan, kepercayaan yang diberikan keluarga padanya pun mulai berkurang. Kini,
dia semakin jarang pulang, bahkan hanya sekedar untuk menengok bunda tercintanya. Banyaknya tugas
kuliah menjadi alasan baginya.
Meskipun baru dalam
hitungan bulan dia tinggal di kota besar itu, hampir setiap malam dia habiskan
bersama sahabat-sahabat terbarunya ke tempat clubbing, atau hanya sekedar
mengahabiskan waktu di pusat keramaian malam. Nama Yeva pun mulai dikenal
hampir oleh semua teman-teman satu angkatannya. Bukan dikenal karena kebaikan
maupun prestasinya, tetapi dikenal karena perubahan sikap dan pergaulannya.
Pergaulan yang dia kini jalani sungguh memprihatinkan. Dia mulai mengenal
minuman beralkohol, bahkan obat-obatan terlarang.
Malam minggu yang
cerah, langit penuh bintang, seperti biasanya, kedua sahabat barunya
mengajaknya keluar malam. Tidak lain tujuannya adalah tempat hiburan malam. Ada
yang berbeda dengan diri Yeva, malam itu dia merasa tidak sepenuh hati seperti
biasanya saat sahabatnya mengajaknya keluar malam. Dia masih teringat pesan
bundanya beberapa jam yang lalu. Suara yang tenang melalui telfon, memberikan
nasihat-nasihat bijaknya.
“ Va, jaga diri
baik-baik ya di sana. Bunda percaya kamu bisa dipercaya. Tidak ada yang Bunda
harapkan kecuali keberhasilanmu kelak, demi masa depanmu sendiri. Va, Bunda
sempat mendengar kabar kurang menyenangkan tentang Yeva di sana, tetapi Bunda
yakin semua itu hanyalah kabar burung belaka. Bunda percaya bidadari Bunda
tidak seperti itu... Jangan kecewakan Bunda. ”
Rangkaian kalimat itu
bagaikan sambaran petir dalam diri Yeva. Dia hanya mampu menjawab dengan
linangan air mata. Perasaan bersalah mulai menghantuinya. Dia tidak menyangka
ternyata keluarganya di sana telah mendengar keadaanya saat ini. Yeva tidak
mampu membayangkan bagaimana reaksi bundanya saat mengetahui bahwa semua kabar
tentangnya benar-benar terjadi. Sempat terbersit niat untuk kembali
kekehidupannya yang lalu, tetapi baginya itu kini sangat sulit. Dia sudah
terlalu jauh masuk dalam kehidupan barunya, yang disebutnya “kehidupan modern”.
“Va, lo kenapa sih?
Kayaknya dari tadi nglamun terus! What’s wrong?” tanya Kana, salah satu
sahabat Yeva yang kini tengah mengemudikan mobil kesayangannya.
“Ehm... nggak ada
apa-apa kok!” jawab Yeva sembari memaksakan senyum kecil di wajahnya.
“Yakin?” sahut Dira
Yeva hanya mengangguk
pelan dan mengembangkan senyum yang kini sedikit lebih lebar.
Tanpa bisa menolak,
Yeva kini kembali ke dunia modernnya. Seperti biasa, saat jarum jam menunjukan
pukul 02:00 mereka memutuskan untuk pulang. Dibawah pengaruh alkohol yang masih
cukup berat, Kana mengemudikan mobilnya tanpa kesadaran penuh. Tiba-tiba sebuah
truk pengangkut melaju dengan cepat dari arah berlawanan. Tidak bisa dihindari
lagi, kecelakaan maut pun terjadi. Mobil Kana yang mewah kini tak berbentuk. Tidak
jauh berbeda dengan keadaan penumpangnya. Kondisi Yeva dan sahabat-sahabatnya
sangat kritis. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun, sayang
sekali, Kana justru menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan. Kini yang
tersisa hanya Yeva dan Dira yang sama-sama dalam kondisi kritis.
Setelah hampir satu
minggu Yeva mengalami koma, akhirnya dia mulai sadar. Dilihatnya bundanya yang
tertidur di samping ranjangnya.
“Pasti bunda sangat
lelah menjagaku,” kata Yeva dalam hati, sembari menatap wajah yang menenangkan
itu.
Tidak lama setelah itu,
bundanya terbangun dan menyapanya dengan senyuman terhangat yang telah
dirindukan Yeva. Setelah keadaan Yeva jauh lebih baik, bunda Yeva menyampaikan
kabar bahwa kedua sahabat barunya telah mendahuluinya menghadap sang pencipta.
Betapa kagetya Yeva. Dia pun benar-benar bersyukur telah diberi kesempatan
kedua dalam hidupnya untuk memperbaiki kehidupannya yang telah kelam.
Perubahan-perubahan positif mulai terlihat saat Yeva benar-benar pulih. Kini,
dia mulai memakai kembali jilbabnya dan berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatannya kembali. Semua orang disekitarnya pun menyambut baik perubahannya,
terutama Bunda Yeva yang selalu berdoa demi kebaikan putri tunggal tercintanya.
Yogyakarta, 21 November 2010
Komentar
Posting Komentar