Batas Semu Filsafat yang Sering Terlupa
Oleh: Eny
Sulistyaningsih (P. Mat A_14709251086)
(Terinspirasi
oleh perkuliahan Filsafat Ilmu
Bersama Prof. Dr.
Marsigit, M.A pada hari Kamis, 23 Oktober 2014)
Filsafat merupakan
suatu ilmu yang berasal dari setiap hasil pemikiran individu terhadap suatu
hal. Dikarenakan hal tersebut, maka filsafat bersifat subjektif. Penafsiran
suatu hal sangat memungkinkan adanya perbedaan anatar satu individu dengan
individu lainnya. Namun, perbedaan tersebut tidak berarti ada yang salah dan
ada yang benar. Karena dalam filsafat tidak ada pemikiran yang sepenuhnya salah
dan pemikiran yang sepenuhnya benar. Pemilik kebenaran yang sejati hanyalah Alloh.
Tidak adanya penilaian
pemikiran yang sepenuhnya benar maupun yang salah dalam berfilsafat bukan berarti
filsafat yang dilakukan oleh setiap individu dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja. Filsafat tetap harus ada pengendali, yaitu ruang dan waktu. Dalam
berfilsafat tidak boleh sembarang hal karena ada hal-hal yang tidak dapat
diterjemahkan secara filsafat seperti halnya hal-hal yang menyangkut tentang
spiritual. Oleh karena itu, dalam berfilsafat pun diharuskan untuk hidup sehat
dalam berfilsafat.
Hidup sehat menurut
filsfat yaitu kehidupan berfilsafat yang sesuai terhadap ruang dan waktu. Saat
seorang individu menjalankan hidup sehat dalam berfilsafat maka individu
tersebut akan mencerminkan sikap sopan terhadap ruang dan waktu. Seperti halnya
dalam kehidupan, setiap individu yang memiliki berbagai macam kegiatan dan
berhubungan dengan berbagai pihak, ada saat dan bagian masing-masing untuk menjalankan
aktivtas-aktivitas tertentu tersebut sehingga dapat hidup sehat secara filsafat.
Di sisi lain, individu yang
tidak sehat secara filsafat yaitu apabila tingkah dan kehidupan individu
tersebut tidak sesuai dengan ruang dan waktu, seperti halnya dalam ucapan dan tindakan
yang keduanya merupakan sifat dari setiap individu. Sebagai contoh, saat
menjalankan suatu aktivitas, seorang individu haruslah tahu dan menyadari
dengan siapa berkomunikasi dan dapat menempatkan diri sesuai dengan dimensinya,
terlebih apabila kegiatan tersebut adalah suatu kegiatan formal. Hidup sehat
dan tidak sehat dalam berfilsafat dapat diukur dengan parameter tingkat
spiritual. Tingkatan spiritual emrupakan tingkatan tertinggi sehingga dapat
sebagai alat kontrol dalam kehidupan filsafat yang tidak sehat.
Meskipun filsafat
merupakan bagian dari pikiran setiap manusia, dalam olah pikir ada batas-batas tertentu
dimana filsafat tidak dianjurkan. Saat
berdoa khusyuk kepada Tuhan YME, maka seorang individu janganlah berfilsafat
atau berpikir. Berpikir sejatinya adalah memaknai hakikat dari suatu hal.
Seperti pada saat berhadapan dengan anak kecil yang belum memahami filsafat dan
pengertian-pengertian formal, maka tidak diperbolehkan untuk berfilsafat atau memaksa anak tersebut memahami
hakikat suatu hal, karena pada usia anak-anak lebih mengutamakan pengetahuan
intuisi dibandingkan pengetahuan formal. Pemikiran filsafat akan semakin
berkembang dan disadari seiring bertambahnya usia seorang individu. Semakin bertambahnya
usia seorang individu maka semakin paham makna dan hakikat kehidupan.
Untuk berfilsafat yang
sehat, tuntunannya adalah kita menuju spiritual. Karena dalam spiritual
terdapat etik dan estetika. Dalam kehidupan selalu dihadapkan pada minimal dua
hal yang mempengaruhi kehidupan. Dan kekayaan seseorang bukan hanya dilihat
dari harta yang dimilikinya tetapi juga dilihat dari mampu menentukan mana yang
terbaik dalam kehidupan.
Komentar
Posting Komentar